Senin, 25 Agustus 2008

pohon

POHON

Inilah aku, orang2 memanggilku POHON. Mengapa POHON?, karena aku punya akar yang kuat, karena aku mampu berdiri dengan kokoh dan tegar. Karena aku punya banyak daun.

Dan begitulah,aku sudah berpacaran sebanyak 5 kali. Namun sebenarnya kekasihku hanya satu. Dialah tempat dimana kutitipkan lebih dari separuh hatiku, tapi aku tidak punya keberanian untuk mengatakan padanya.

Dia sangat menyukai senja,

entah kenapa aku sendiri tidak tau.

Pernah aku tanyakan alasannya, dia hanya berkata “mungkin satu saat nanti kita bisa melihat senja bersama, dan aku akan memberitaukan padamu mengapa aku menyukai senja”

Dia tidaklah rupawan…….
Dia senang memperhatikan hal2 kecil disekelilingnya…dia sosok yang biasa saja….sangat biasa.
Aku menyukainya…
Gayanya yang innocent dan apa adanya…kepandaiannya dan kepeduliaannya…kekuatannya…

Alasan aku tidak mengajaknya kencan karena….dia sangat biasa dan tidak serasi untukku,
Aku takut semua perasaan indah itu akan hilang…
Aku takut gosip2 akan menyakitinya….
Aku merasa dia adalah “sahabatku”…aku akan memilikinya tiada batasnya, dan tidak harus memberikan semuanya hanya untuk dia.
Alasan yang terakhir, membuat dia menemaniku dalam berbagai pergumulan selama 3 tahun ini. Dia tau aku mengejar ngejar yang lain dan aku telah membuatnya menangis selama 3 tahun…..

Ketika aku mencium kekasihku yang ke-2, pipinya meranum merah. “Teruskan saja” katanya. Dia berlalu. Ujung matanya tampak basah.

Keesokkan harinya kulihat matanya merah. Tapi aku tak peduli. Kuhabiskan hari itu bersama bercerita. Dia tampak gembira, tersenyum dan tertawa. Keesokkannya lagi aku sudah kembali ke duniaku sendiri.

Pacarku yang ke-4 tidak suka padanya. Begitu pula dengan dia. Selama beberapa saat mereka sempat terlibat perang dingin. Saat itu aku menunjukkan ketidaksukaanku padanya, hal yang tidak pernah kulakukan sebelumnnya. Dia tampak kaget, matanya kembali merah, dia kembali menepikan dirinya. Esoknya aku kembali menyapanya seperti tidak pernah terjadi apa-apa diantara kami.

Ketika aku sedang bosan dengan pacarku yang ke-5, entah kenapa tiba-tiba aku ingin melihat senja. Ketika kusampaikan kepadanya, dia tampak gembira sekali.

Dan begitulah aku menghabiskan akhir siang itu bersama dia. kalimat kalimat meluncur begitu saja diantara kami, terkadang diselingi cerita-cerita lucu dan konyol tentang kami berdua. Terkadang juga kami terdiam beberapa saat. “Dalam diam pun rasanya ribuan hal sudah tersampaikan, adalah kau juga merasakan hal yang sama?” ……………..

“Itu dia !!! dapatkan kau melihatnya ??!” katanya setengah berteriak sambil menunjuk ke arah senja..

“Itu dia dapatkah kau melihat senja ? lihatlah ke sana, Maha Karya sang Pencipta Kehidupan. Lukisan alam maha indah dalam kanvas langit yang begitu luas. Dapatkan kau melihat semburan warna merah jingga keemasan itu ? Taukah kau langit kadang bereksperimen dengan warna keperakan, bukan keemasan seperti sekarang”
Aku diam tak berkata apapun.
Aku tau dia bukan bertanya kepadaku, dia ingin membagi senjanya yang begitu dalam dia maknai dengan aku.
Senyumnya terus mengembang.
Matanya tak pergi dr menatap langit.
Sedalam itu jugakah aku bagimu ?, ya,aku yakin kau pun meraskan hal yang sama seperti aku. Tapi mengapa aku belum juga punya keberanian untuk mengatakannya padamu. Ah…..mungkin nanti saja.

“Apakah kau tau kejutan-kejutan apa lagi yang dimiliki senja ?” tanyanya sedikit manja .

Aku sedikit terperanjat “well….mungkin kita harus menghabiskan beberapa senja lagi, baru nanti aku sampakan padamu apa kejutan itu”

“ok…deal !! “ jawabnya setengah terbahak.

Sebelum berpisah dia sempat bertanya padaku “DAUN pergi karena tertiup ANGIN atau karena POHON tidak memintanya untuk tinggal?”

agak ragu aku menjawabnya, “POHON tidak akan meminta DAUN untuk tinggal, karena DAUN pasti tau apa yang terbaik dia rasakan.”.

“Oh, jadi begitu ?” jawabnya lagi. Sedikit tampak kehampaan di matanya.

“Kenapa?” tanyaku balik.

“Tidak apa-apa. Aku toh hanya bertanya.”

Sepanjang perjalanan pulang tiba-tiba ada perasaan tidak enak yang menjalar ke seluruh tubuhku.
Jalan didepanku ketapaki begitu saja, hingga akhirnya aku telah sampai. Entah apa yang sebenarnya yang terjadi rasanya tubuh dan jiwaku tak kugenggam utuh.

Butuh waktu lebih dari semiggu bagiku untuk memutuskan hubunganku dengan pacarku yang ke-5, ketika kuputuskan untuk menyampaikan perasaanku padanya. Ternyata diapun juga ingin bertemu denganku.

Aku katakan aku baru saja memutuskan sesuatu, ketika dia berkata dia baru saja akan memulai sesuatu hubungan.

“Aku akan pergi” katanya memulai pembicaraan malamitu.
“Pergi ? kapan ? “ tanyaku cepat-cepat. Rasanya aku tidak siap mendengar kabar ini
“Besok”
“Besok ? kemana ?” tanyaku
“Menuju senja”.

Dadaku bergemuruh, rasanya seperti karang pantai yang dihempas ombak pasang di malam purnama bulan desember. begitu keras hamtamannya.
Tapi……..tapi aku adalah POHON, aku tegar…ya…aku harus tegar…….
Aku tau siapa dia, dia adalah –sebut saja ANGIN- yang sudah lama menaruh hatinya pada kekasihku itu.
Aku tau ANGIN sangat menyayanginya, dan ANGIN tidak mungkin akan menyakitinya.

Buru-buru aku tersenyum. “Baiklah semoga kau mendapatkan yang kau impikan”.

Dia hanya tertunduk - terdiam, ada sorot kecewa di matanya. Tapi aku tak bisa berkata apa-apa lagi.
…..

“Besok ? tak adakah waktu yang lebih baik drpd besok ? Semoga kau mendapatkan yang kau impikan ?” bodoh !! bodoh sekali engkau ini ! pengecut macam apa dirimu sebenarnya ? aku memaki diriku sendiri.
Kekasihku…taukah kau, sesugguhnya aku pun hancur….mungkin sama berserpihannya dengan hatimu.
Tapi aku tak mampu berbuat apa-apa…aku tak ingin mematahkan sayap-sayap kupu-kupumu dengan genggaman tanganku yang mungkin terlalu kencang, namun juga terlalu sakit melihatmu terbang meninggalkanku…..kekasihku.

Handphoneku bergetar, sebuah SMS masuk, ternyata itu SMS yang sama 10 hari yang lalu padaku “DAUN pergi karena tertiup ANGIN atau karena POHON tidak memintanya untuk tinggal?”

Tidak ada komentar: