Senin, 09 Februari 2009
Rabu, 27 Agustus 2008
Selasa, 26 Agustus 2008
Senin, 25 Agustus 2008
pohon
POHON
Inilah aku, orang2 memanggilku POHON. Mengapa POHON?, karena aku punya akar yang kuat, karena aku mampu berdiri dengan kokoh dan tegar. Karena aku punya banyak daun.
Dan begitulah,aku sudah berpacaran sebanyak 5 kali. Namun sebenarnya kekasihku hanya satu. Dialah tempat dimana kutitipkan lebih dari separuh hatiku, tapi aku tidak punya keberanian untuk mengatakan padanya.
Dia sangat menyukai senja,
entah kenapa aku sendiri tidak tau.
Pernah aku tanyakan alasannya, dia hanya berkata “mungkin satu saat nanti kita bisa melihat senja bersama, dan aku akan memberitaukan padamu mengapa aku menyukai senja”
Dia tidaklah rupawan…….
Dia senang memperhatikan hal2 kecil disekelilingnya…dia sosok yang biasa saja….sangat biasa.
Aku menyukainya…
Gayanya yang innocent dan apa adanya…kepandaiannya dan kepeduliaannya…kekuatannya…
Alasan aku tidak mengajaknya kencan karena….dia sangat biasa dan tidak serasi untukku,
Aku takut semua perasaan indah itu akan hilang…
Aku takut gosip2 akan menyakitinya….
Aku merasa dia adalah “sahabatku”…aku akan memilikinya tiada batasnya, dan tidak harus memberikan semuanya hanya untuk dia.
Alasan yang terakhir, membuat dia menemaniku dalam berbagai pergumulan selama 3 tahun ini. Dia tau aku mengejar ngejar yang lain dan aku telah membuatnya menangis selama 3 tahun…..
Ketika aku mencium kekasihku yang ke-2, pipinya meranum merah. “Teruskan saja” katanya. Dia berlalu. Ujung matanya tampak basah.
Keesokkan harinya kulihat matanya merah. Tapi aku tak peduli. Kuhabiskan hari itu bersama bercerita. Dia tampak gembira, tersenyum dan tertawa. Keesokkannya lagi aku sudah kembali ke duniaku sendiri.
Pacarku yang ke-4 tidak suka padanya. Begitu pula dengan dia. Selama beberapa saat mereka sempat terlibat perang dingin. Saat itu aku menunjukkan ketidaksukaanku padanya, hal yang tidak pernah kulakukan sebelumnnya. Dia tampak kaget, matanya kembali merah, dia kembali menepikan dirinya. Esoknya aku kembali menyapanya seperti tidak pernah terjadi apa-apa diantara kami.
Ketika aku sedang bosan dengan pacarku yang ke-5, entah kenapa tiba-tiba aku ingin melihat senja. Ketika kusampaikan kepadanya, dia tampak gembira sekali.
Dan begitulah aku menghabiskan akhir siang itu bersama dia. kalimat kalimat meluncur begitu saja diantara kami, terkadang diselingi cerita-cerita lucu dan konyol tentang kami berdua. Terkadang juga kami terdiam beberapa saat. “Dalam diam pun rasanya ribuan hal sudah tersampaikan, adalah kau juga merasakan hal yang sama?” ……………..
“Itu dia !!! dapatkan kau melihatnya ??!” katanya setengah berteriak sambil menunjuk ke arah senja..
“Itu dia dapatkah kau melihat senja ? lihatlah ke sana, Maha Karya sang Pencipta Kehidupan. Lukisan alam maha indah dalam kanvas langit yang begitu luas. Dapatkan kau melihat semburan warna merah jingga keemasan itu ? Taukah kau langit kadang bereksperimen dengan warna keperakan, bukan keemasan seperti sekarang”
Aku diam tak berkata apapun.
Aku tau dia bukan bertanya kepadaku, dia ingin membagi senjanya yang begitu dalam dia maknai dengan aku.
Senyumnya terus mengembang.
Matanya tak pergi dr menatap langit.
Sedalam itu jugakah aku bagimu ?, ya,aku yakin kau pun meraskan hal yang sama seperti aku. Tapi mengapa aku belum juga punya keberanian untuk mengatakannya padamu. Ah…..mungkin nanti saja.
“Apakah kau tau kejutan-kejutan apa lagi yang dimiliki senja ?” tanyanya sedikit manja .
Aku sedikit terperanjat “well….mungkin kita harus menghabiskan beberapa senja lagi, baru nanti aku sampakan padamu apa kejutan itu”
“ok…deal !! “ jawabnya setengah terbahak.
Sebelum berpisah dia sempat bertanya padaku “DAUN pergi karena tertiup ANGIN atau karena POHON tidak memintanya untuk tinggal?”
agak ragu aku menjawabnya, “POHON tidak akan meminta DAUN untuk tinggal, karena DAUN pasti tau apa yang terbaik dia rasakan.”.
“Oh, jadi begitu ?” jawabnya lagi. Sedikit tampak kehampaan di matanya.
“Kenapa?” tanyaku balik.
“Tidak apa-apa. Aku toh hanya bertanya.”
Sepanjang perjalanan pulang tiba-tiba ada perasaan tidak enak yang menjalar ke seluruh tubuhku.
Jalan didepanku ketapaki begitu saja, hingga akhirnya aku telah sampai. Entah apa yang sebenarnya yang terjadi rasanya tubuh dan jiwaku tak kugenggam utuh.
Butuh waktu lebih dari semiggu bagiku untuk memutuskan hubunganku dengan pacarku yang ke-5, ketika kuputuskan untuk menyampaikan perasaanku padanya. Ternyata diapun juga ingin bertemu denganku.
Aku katakan aku baru saja memutuskan sesuatu, ketika dia berkata dia baru saja akan memulai sesuatu hubungan.
“Aku akan pergi” katanya memulai pembicaraan malamitu.
“Pergi ? kapan ? “ tanyaku cepat-cepat. Rasanya aku tidak siap mendengar kabar ini
“Besok”
“Besok ? kemana ?” tanyaku
“Menuju senja”.
Dadaku bergemuruh, rasanya seperti karang pantai yang dihempas ombak pasang di malam purnama bulan desember. begitu keras hamtamannya.
Tapi……..tapi aku adalah POHON, aku tegar…ya…aku harus tegar…….
Aku tau siapa dia, dia adalah –sebut saja ANGIN- yang sudah lama menaruh hatinya pada kekasihku itu.
Aku tau ANGIN sangat menyayanginya, dan ANGIN tidak mungkin akan menyakitinya.
Buru-buru aku tersenyum. “Baiklah semoga kau mendapatkan yang kau impikan”.
Dia hanya tertunduk - terdiam, ada sorot kecewa di matanya. Tapi aku tak bisa berkata apa-apa lagi.
…..
“Besok ? tak adakah waktu yang lebih baik drpd besok ? Semoga kau mendapatkan yang kau impikan ?” bodoh !! bodoh sekali engkau ini ! pengecut macam apa dirimu sebenarnya ? aku memaki diriku sendiri.
Kekasihku…taukah kau, sesugguhnya aku pun hancur….mungkin sama berserpihannya dengan hatimu.
Tapi aku tak mampu berbuat apa-apa…aku tak ingin mematahkan sayap-sayap kupu-kupumu dengan genggaman tanganku yang mungkin terlalu kencang, namun juga terlalu sakit melihatmu terbang meninggalkanku…..kekasihku.
Handphoneku bergetar, sebuah SMS masuk, ternyata itu SMS yang sama 10 hari yang lalu padaku “DAUN pergi karena tertiup ANGIN atau karena POHON tidak memintanya untuk tinggal?”
Senin, 18 Agustus 2008
SerU Loch
POHON
Inilah aku, orang2 memanggilku POHON. Mengapa POHON?, karena aku punya akar yang kuat, karena aku mampu berdiri dengan kokoh dan tegar. Karena aku punya banyak daun.
Dan begitulah,aku sudah berpacaran sebanyak 5 kali. Namun sebenarnya kekasihku hanya satu. Dialah tempat dimana kutitipkan lebih dari separuh hatiku, tapi aku tidak punya keberanian untuk mengatakan padanya.
Dia sangat menyukai senja,
entah kenapa aku sendiri tidak tau.
Pernah aku tanyakan alasannya, dia hanya berkata “mungkin satu saat nanti kita bisa melihat senja bersama, dan aku akan memberitaukan padamu mengapa aku menyukai senja”
Dia tidaklah rupawan…….
Dia senang memperhatikan hal2 kecil disekelilingnya…dia sosok yang biasa saja….sangat biasa.
Aku menyukainya…
Gayanya yang innocent dan apa adanya…kepandaiannya dan kepeduliaannya…kekuatannya…
Alasan aku tidak mengajaknya kencan karena….dia sangat biasa dan tidak serasi untukku,
Aku takut semua perasaan indah itu akan hilang…
Aku takut gosip2 akan menyakitinya….
Aku merasa dia adalah “sahabatku”…aku akan memilikinya tiada batasnya, dan tidak harus memberikan semuanya hanya untuk dia.
Alasan yang terakhir, membuat dia menemaniku dalam berbagai pergumulan selama 3 tahun ini. Dia tau aku mengejar ngejar yang lain dan aku telah membuatnya menangis selama 3 tahun…..
Ketika aku mencium kekasihku yang ke-2, pipinya meranum merah. “Teruskan saja” katanya. Dia berlalu. Ujung matanya tampak basah.
Keesokkan harinya kulihat matanya merah. Tapi aku tak peduli. Kuhabiskan hari itu bersama bercerita. Dia tampak gembira, tersenyum dan tertawa. Keesokkannya lagi aku sudah kembali ke duniaku sendiri.
Pacarku yang ke-4 tidak suka padanya. Begitu pula dengan dia. Selama beberapa saat mereka sempat terlibat perang dingin. Saat itu aku menunjukkan ketidaksukaanku padanya, hal yang tidak pernah kulakukan sebelumnnya. Dia tampak kaget, matanya kembali merah, dia kembali menepikan dirinya. Esoknya aku kembali menyapanya seperti tidak pernah terjadi apa-apa diantara kami.
Ketika aku sedang bosan dengan pacarku yang ke-5, entah kenapa tiba-tiba aku ingin melihat senja. Ketika kusampaikan kepadanya, dia tampak gembira sekali.
Dan begitulah aku menghabiskan akhir siang itu bersama dia. kalimat kalimat meluncur begitu saja diantara kami, terkadang diselingi cerita-cerita lucu dan konyol tentang kami berdua. Terkadang juga kami terdiam beberapa saat. “Dalam diam pun rasanya ribuan hal sudah tersampaikan, adalah kau juga merasakan hal yang sama?” ……………..
“Itu dia !!! dapatkan kau melihatnya ??!” katanya setengah berteriak sambil menunjuk ke arah senja..
“Itu dia dapatkah kau melihat senja ? lihatlah ke sana, Maha Karya sang Pencipta Kehidupan. Lukisan alam maha indah dalam kanvas langit yang begitu luas. Dapatkan kau melihat semburan warna merah jingga keemasan itu ? Taukah kau langit kadang bereksperimen dengan warna keperakan, bukan keemasan seperti sekarang”
Aku diam tak berkata apapun.
Aku tau dia bukan bertanya kepadaku, dia ingin membagi senjanya yang begitu dalam dia maknai dengan aku.
Senyumnya terus mengembang.
Matanya tak pergi dr menatap langit.
Sedalam itu jugakah aku bagimu ?, ya,aku yakin kau pun meraskan hal yang sama seperti aku. Tapi mengapa aku belum juga punya keberanian untuk mengatakannya padamu. Ah…..mungkin nanti saja.
“Apakah kau tau kejutan-kejutan apa lagi yang dimiliki senja ?” tanyanya sedikit manja .
Aku sedikit terperanjat “well….mungkin kita harus menghabiskan beberapa senja lagi, baru nanti aku sampakan padamu apa kejutan itu”
“ok…deal !! “ jawabnya setengah terbahak.
Sebelum berpisah dia sempat bertanya padaku “DAUN pergi karena tertiup ANGIN atau karena POHON tidak memintanya untuk tinggal?”
agak ragu aku menjawabnya, “POHON tidak akan meminta DAUN untuk tinggal, karena DAUN pasti tau apa yang terbaik dia rasakan.”.
“Oh, jadi begitu ?” jawabnya lagi. Sedikit tampak kehampaan di matanya.
“Kenapa?” tanyaku balik.
“Tidak apa-apa. Aku toh hanya bertanya.”
Sepanjang perjalanan pulang tiba-tiba ada perasaan tidak enak yang menjalar ke seluruh tubuhku.
Jalan didepanku ketapaki begitu saja, hingga akhirnya aku telah sampai. Entah apa yang sebenarnya yang terjadi rasanya tubuh dan jiwaku tak kugenggam utuh.
Butuh waktu lebih dari semiggu bagiku untuk memutuskan hubunganku dengan pacarku yang ke-5, ketika kuputuskan untuk menyampaikan perasaanku padanya. Ternyata diapun juga ingin bertemu denganku.
Aku katakan aku baru saja memutuskan sesuatu, ketika dia berkata dia baru saja akan memulai sesuatu hubungan.
“Aku akan pergi” katanya memulai pembicaraan malamitu.
“Pergi ? kapan ? “ tanyaku cepat-cepat. Rasanya aku tidak siap mendengar kabar ini
“Besok”
“Besok ? kemana ?” tanyaku
“Menuju senja”.
Dadaku bergemuruh, rasanya seperti karang pantai yang dihempas ombak pasang di malam purnama bulan desember. begitu keras hamtamannya.
Tapi……..tapi aku adalah POHON, aku tegar…ya…aku harus tegar…….
Aku tau siapa dia, dia adalah –sebut saja ANGIN- yang sudah lama menaruh hatinya pada kekasihku itu.
Aku tau ANGIN sangat menyayanginya, dan ANGIN tidak mungkin akan menyakitinya.
Buru-buru aku tersenyum. “Baiklah semoga kau mendapatkan yang kau impikan”.
Dia hanya tertunduk - terdiam, ada sorot kecewa di matanya. Tapi aku tak bisa berkata apa-apa lagi.
…..
“Besok ? tak adakah waktu yang lebih baik drpd besok ? Semoga kau mendapatkan yang kau impikan ?” bodoh !! bodoh sekali engkau ini ! pengecut macam apa dirimu sebenarnya ? aku memaki diriku sendiri.
Kekasihku…taukah kau, sesugguhnya aku pun hancur….mungkin sama berserpihannya dengan hatimu.
Tapi aku tak mampu berbuat apa-apa…aku tak ingin mematahkan sayap-sayap kupu-kupumu dengan genggaman tanganku yang mungkin terlalu kencang, namun juga terlalu sakit melihatmu terbang meninggalkanku…..kekasihku.
Handphoneku bergetar, sebuah SMS masuk, ternyata itu SMS yang sama 10 hari yang lalu padaku “DAUN pergi karena tertiup ANGIN atau karena POHON tidak memintanya untuk tinggal?”
DAUN
Orang-orang memanggiku DAUN. Yah, akulah DAUN, kenapa DAUN ? karena DAUN membutuhkan keberanian yang besar untuk meninggalkan POHON.
Tiga tahun ini aku sudah mengenalnya, dan setiap hari perasaanku semakin dalam kuberikan untuk POHON .
Hingga akhirnya aku sadar, aku telah memberikan hatiku untuknya.
Ketika dia mulai menunjukan perhatiannya pada yang lain, aku mempelajari sebuah rasa baru…..CEMBURU..
Kalau harus aku deskripsikan, rasa ini tidaklah sama dengan strawberi.
Rasanya seperti seribu strawberi busukkk….
mataku sering dengan mudahnya basah oleh tindakannya.
Pernah satu kali dia membentakku hanya karena aku berseberangan dengan pacarnya yang entah keberapa.
Aku kaget sekali, rasanya dia bukanlah dia yang kukenal selama ini.
Esok harinya dia selalu kembali menghiburku.
Bagiku itu rasanya seperti permintaan maaf darinya.
Dan akupun tidak lagi mempermasalahkan apa yang pernah terjadi diantara aku dan dia.
Aku suka sekali melihat senja, rupanya dia tau itu.
Pernah satu hari dia bertanya kenapa aku suka senja, aku jawab
“mungkin satu saat nanti kita bisa melihat senja bersama, dan aku akan memberitaukan padamu mengapa aku menyukai senja”
Diapun mengangguk, hatiku rasanya gembira sekali saat itu.
—-
Ada temanku yang lain, sebut saja ANGIN, yang aku tau dia menyukaiku.
Setiap hari rasanya aku tidak pernah kehilangan perhatian darinya.
Berkali kali dia meminta hatiku, namun setiap saat itu pula aku katakan bahwa hatiku telah ditawan oleh POHON.
Dan aku belum bisa mengalihkan rasa ini.
Tapi dia dengan sabar tetap menghampiriku.
Berusaha menghiburku dengan banyak cerita-cerita buah perjalanannya, kadang cerita-cerita itu lucu dan sederhana, mulai cerita tentang anak kecil yang tercebur cebur ke lumpur hanya untuk berusaha membantu ayahnya menanam benih2 padi di sawah.
Atau cerita tentang burung kecil yang berulang kali harus jatuh, untuk akhirnya dia berhasil terbang dan menjadi elang perkasa yang gagah dan kuat.
Well, dia berhasil membuat aku tersenyum.
Tapi entah kenapa aku masih juga belum bisa memalingkan muka dari POHON. Diapun tau itu, dan dia tetap menungguku dan menghiburku dengan desir2 anginnya.
—–
Akhirnya saat itu pun tiba, kami menghabiskan akhir siang itu melihat senja bersama sama.
Banyak cerita yang mengalir begitu saja kala itu.
Kadang kita menertawakan hal-hal yang terjadi diantara kita sendiri.
Kadang kurasa dia lebih banyak diam.
Entah apa yang sebenarnya ada dalam pikirannya.
Kalian tau ? saat itu aku berharap semoga aku yang ada dipikirannya.
Aku merasa walau sedikit, ada ruang dihatinya yang dia isi dengan aku didalamnya.
Tapi entah kenapa setelah sekian lama tidak juga dia berkata apa-apa.
Apakah karena aku terlalu biasa-biasa saja sehingga dia merasa aku tidak serasi untuknya ? .
Begitulah hingga akhirnya senja benar-benar datang.
Saat itu pula dia berkata sesuatu yang rasanya hampir-hampir seperti janji untuk bersama-sama lagi menyaksikan senja.
Bukan main senangnya aku .
Sebelum berpisah, aku sempat bertanya “DAUN pergi karena tertiup ANGIN atau karena POHON tidak memintanya untuk tinggal?”
Agak lama dia akhirnya menjawab
“POHON tidak akan meminta DAUN untuk tinggal, karena DAUN pasti tau apa yang terbaik dia rasakan.”.
Hatiku serasa hambar mendengar jawabannya. Tapi buru-buru aku bisa menguasai dirku.
“Kenapa?” dia balik bertanya. Atau mungkinkah dia tau kalo aku kecewa?
Kekasihku, tidak adakah sama sekali rasa ingin membawaku?
Ataukah aku ini benar-benar kau nilai tak layak untuk dirimu ?
bila demikian adanya, mungkin inilah saatnya aku menengadahkan kepalaku pada ANGIN, membiarkan ANGIN membawaku.
Biarlah ANGIN meniup DAUN yang lusuh, jauuuh.
Biarlah ANGIN yang akan selalu membuai DAUN dengan alirannya,
yang akan membawa embun di pagi hari,
dan mungkin membawanya terbang jauh menuju bulan dan bintang.
Mungkinkah ??
sedangkan kekasihku yang aku harap bisa menjawabnya, tiada pernah berkata apapun.
ANGIN
Orang-orang memanggilku ANGIN.
Aku menyukai dia yang aku panggil DAUN.
Aku tau DAUN telah melekatkan hati dan perasaannya pada sang POHON.
Untuk itu aku harus menjadi ANGIN yang kuat,
Sehingga DAUN mau memberikan perhatiannya padaku, supaya DAUN bisa memberikan kepercayaan padaku bahwa aku akan menjaganya dan melindunginya sekuat tenagaku, dengan segenap perasaanku.
Selama lebih dari satu setengah taun ini ada lebih dari 20x aku menyatakan cinta padanya. Tapi dia tetap tidak bergeming.
Kadang kulihat dia menangis sendiri di sudut itu.
Aku tau saat itu hatinya terluka oleh POHON.
Esok harinya aku lihat dia sudah ditemani POHON, aku hanya menyapa mereka berdua.
Tiap hari saat dia sedih atau senang, selalu kusempatkan menengoknya,
kadang kutemani dia dengan tarianku,
atau kubawakan dia cerita2 buah perjalananku.
Kadang dia tertawa-tawa mendengarnya.
Wah…aku senang sekali melihat dia tertawa. Aku ikut tertawa melihat dia tertawa. Begitulah hingga suatu hari dia menengadahkan kepalanya padaku.
Rasanya aku hampir tidak percaya.
Yah…aku akan menjagamu….aku akan menemanimu sepanjang hidupku…..karena aku sangat menyayangimu..
Hari itu DAUN kubawa menuju senja, tempat yang dia sangat sukai.
Aku membawanya bersamaku, aku takut merusak DAUN yang tampak lusuh dan ringkih,
aku tau masih ada ragu dihatinya untuk meninggalkan POHON.
Sejurus kulihat dia menoleh ke arah POHON,
mungkin mengharap POHON memintanya untuk tinggal,
tapi POHON hanya melambaikan tangannya.
DAUNkupun akhirnya memantapkan langkahnya…bersamaku…menuju senja..
——————————————————————————————
Senja itu kulihat DAUN pergi bersama ANGIN, menuju senja…..senja yang sangat dia suka. Aku menyaksikan dari tempatku berdiri , DAUN menoleh ke arahku. Kulambaikan tanganku padanya. DAUN hanya tertunduk.
Sejurus langkahnya gak meragu, tapi kemudia dia berjalan dengan mantab bersama ANGIN. Dia tampak anggun, tubuhnya kemilau keemasan, memantulkan cahaya senja. Semakin lama dia semakin jauh, hanya siluet, hingga akhirnya hanya tinggal titik hitam. Di ujung sana kulihat langit menyemburkan warna lain…”HEY..itu, ya..sekarang aku bisa menjawabmu. Kali ini langit bereksperimen dengan warna lain. Ada semburat merah-keunguan, merah jambu, nila ahh…apapun namanya.!!”
Tapi….siapa pada siapa aku berteriak ? siapa yang bisa memaknai senja sedalam dirimu ???
Perlahan lahan kurasakan kakiku mulai dingin.. rupanya hari sudah mulai gelap. Senja telah berlalu, matahari benar2 tenggelam, dan DAUN telah meninggalkan POHON.